Minggu, 10 Mei 2015

TATA LETAK DAUN, RUMUS DAUN DAN DIAGRAM DAUN

 






LAPORAN PRAKTIKUM III
MORFOLOGI TUMBUHAN
(ABKC 2201)

TATA LETAK DAUN, RUMUS DAUN DAN DIAGRAM DAUN

      DOSEN PENGASUH :
Dra. Hj. Sri Amintarti, M.Si
M. Arsyad, S. Pd, M.Pd

ASISTEN DOSEN :
Anis Hilaliah
Yunida Ulfah

OLEH  :
Nurlita
A1C214090
Kelompok VI A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
MARET
2015
PRAKTIKUM III

Topik               : Tata Letak Daun, Rumus Daun dan Diagram Daun
Tujuan             : Mengenal berbagai tata letak daun pada batang, menentukan rumus daun serta menggambar bagan dan diagram daun.
Hari/Tanggal   : Sabtu/07 Maret 2015
Tempat            : Laboratorium Biologi PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin
 


I.              ALAT DAN BAHAN :
      Alat           :
1.      Baki/nampan
2.      Alat tulis
      Bahan        : 
1.     Ranting Kembanga Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
2.    Ranting Alamanda (Allamanda cathartica L.)
3.    Tumbuhan Pandan (Pandanus sp.)
4.    Tumbuhan Bayam (Amaranthus spinosus L.)
5.    Tanaman Pepaya (Carica papaya L.)

II.           CARA KERJA

1.      Mengamati duduk daun pada ranting, cabang atau batang (tunggal tersebar, tunggal berseling, berhadapan, berkarang, roset batang, roset akar, monospirotik, dan trispirotik).

2.      Menghitung rumus daun: 1/2, 2/5, 3/8, dan seterusnya.
3.      Menggambar bagan dan diagram daun.

III.        TEORI DASAR

            Daun-daun pada suatu tumbuhan biasanya terdapat pada batang atau cabangnya, ada kalanya daun-daun berjejal-jejal pada suatu bagian batang, yaitu pada pangkal atau bagian ujungnya. Umumnya daun-daun pada batang terpisah-pisah dengan suatu jarak yang nyata. Jika untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun permulaan garis spiral tadi mengelilingi batang a kali, dan jumlah daun yang dilewati selama itu adalah b, juga dinamakan rumus daun atau disvergensi.
            Pecahan a/b selanjutnya dapat menunjukan sudut antara dua daun berturut-turut,  jika diproyeksikan pada bidang datar.jarak antara kedua daun berturut-turut pun tetap dan besarnya adalah a/b x 3600, yang disebut sudut divergensi, ternyata didapati pecahan a/b dapat terdiri dari pecahan 1/2, 1/3, 2/5, 3/8, 5/13, 8/21, dan seterusnya. Untuk menjelskan tata letak daun, dapat dilakukan dengan membuat bagan tata letak daun dan diagram tata letak daunnya.
A.    Bagan Tata Letak Daun.
            Untuk membuat bagan tata letak daun, batang tumbuhan digambar sebagai silinder dan padaya digambar membujur ortostik-ortostiknya. Demikian pula pada buku-buku batangnya.
B.     Diagram tata letak daun.
            Untuk membuat diagram tata letak daun, batang tumbuhan harus dipandang sebagai kerucut memanjang, dengan buku-bukunya sebagai lingkaran-lingkaran sempurna. Jika diproyeksikan pada bidang datar, maka buku-buku tersebut akan menjadi lingkaran-lingkaran yang konsentris dan puncak kerucut akan menjadi titik pusat lingkaran-lingkaran tadi.
C.    Spirostik dan parastik.
            Pada suatu tumbuhan, garis-garis ortostik yang biasanya tampak lurus ke atas, dapat mengalami perubahan-perubahan arahnya karena pengaruh macam-macam faktor. Perubahan sangat karakteristik adalah ortostik menjadi garis spiral yang tampak melingkar batang pula. Dalam keadaan yang demikian, spiral genetik sukar ditentukan dan tampaknya letak daun pada batang mengikuti ortostik yang telah berubah menjadi garis spiral tadi, yang diberi nama lain spirostik.
            Bagian tumbuhan yang letak daunnya cukup rapat, daun-daunya seakan-akan mengikuti garis spiral kekiri atau kekanan. Garis spiral dengan arah putaran kekiri dan kanan menghubungkan daun-daun yang menurut ke arah samping (mendatar, horizontal) mempunyai jarak terdekat. Setiap daun mempunyai tetangga yang terdekat, satu ke kiri dan satunya lagi ke kanan. Dari sudut itu pula tampak ada spiral ke kiri dan ke kanan. Garis-garis itu disebut parastik.

IV.        HASIL PENGAMATAN

A.    Tabel hasil pengamatan
No.
Nama Spesies
Tata Letak daun
Rumus daun
1.
Hibiscus rosa-sinensis
Tunggal tersebar
2/5
2.
Allamanda cathartica L.
Berkarang
-
3.
Pandanus sp
Spirostik
-
4.
Amaranthus spinosus L.
Tunggal tersebar
2/5
5.
Carica papaya L.
Tunggal tersebar
3/8

B.     Gambar, Bagan, dan Diagram daun hasil pengamatan
1.    Ranting Kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
a.    Gambar pengamatan :
Keterangan:
1.  Batang
2.  Tangkai daun
3.  Daun

 


















b.    Foto litertaur :                                         
Keterangan:
1.  Batang
2.  Tangkai daun
3.  Daun

Gambar 1. Ranting Kembang Sepatu
c.    Bagan dan Diagram :
1.    Rumus daun kembang sepatu adalah 2/5 × 3600 = 1440.
2.    Duduk daun pada batang atau cabang adalah tersebar.      

Keterangan:
1. Garis ortostik
2. Garis spiral
 







                                                                
                                                             


 


Gambar bagan                                        

Gambar bagan daun kembang sepatu                               
















Gambar diagram daun kembang sepatu

2.    Ranting Alamanda (Allamanda cathartica L.)
a.    Gambar pengamatan :
Keterangan:
1.  Batang
2.  Tangkai daun
3.  Daun

 


















b.    Menurut litertaur :
Keterangan:
1.  Batang
2.  Tangkai daun
3.  Daun

                    Gambar 2. Ranting Alamanda
3.    Tumbuhan Pandan (Pandanus sp)
a.    Menurut pengamatan :
Keterangan:
1.  Batang
2.  Daun

 







                  










b.    Foto literatur :
Keterangan:
1.  Batang
2.  Daun

 
 Gambar 3. Tumbuhan Pandan
4.     Tumbuhan Bayam (Amaranthus spinosus L.)
a.       Gambar pengamatan :
Keterangan:
1.  Batang
2.  Tangkai daun
3.  Daun

 



















b.    Foto literatur :
Keterangan:
1.  Batang
2.  Tangkai daun
3.  Daun

                                                                       Gambar 4. Tumbuhan Bayam
c. Bagan dan Diagram :
1.    Rumus daun bayam adalah 2/5 × 3600 = 1440.
2.    Duduk daun pada batang atau cabang adalah tersebar.

                                                           
                                                                                            
 


                                                                                          
                                                             
Keterangan:
1. Garis ortostik
2. Garis spiral
 










Gambar bagan daun bayam                                     
















Gambar diagram daun bayam

5.    Tanaman Pepaya (Carica papaya L.)
a.    Gambar  pengamatan :
Keterangan:
1.  Batang
2.  Tangkai daun
3.  Daun

 

















b.    Foto literatur :
Keterangan:
1.  Batang
2.  Tangkai daun
3.  Daun

               Gambar 5. Tanaman Pepaya
c.    Bagan dan Diagram :
1.    Rumus daun pepaya adalah 3/8 × 3600 = 1350.
2.    Duduk daun pada batang tersebar.
Keterangan:
1. Garis ortostik
2. Garis spiral

 

















  Gambar bagan daun pepaya               
              
                       
















Gambar diagram daun pepaya












V.           ANALISIS DATA

1.    Tanaman Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.)
Klasifikasi:
Divisio             : Magnoliophyta
Classis             : Magnoliopsida
Sub Classis      : Dilleniidae
Ordo                : Malvales
Familia            : Malvaceae
Genus              : Hibiscus
Species            : Hibiscus rosa-sinensis L.
( Sumber : Cronquist.1981)
            Daun tumbuhan kembang sepatu tersusun secara berselang-seling. Tanaman ini memiliki rumus daun 2/5, sama seperti pada tanaman bayam angka 2 menunjukkan banyaknya putaran dan angka 5 banyaknya daun yang dilalui yang dihitung mulai dari nol. Maka, dari rumus daun tersebut dapat dihitung sudut dirvergensinya adalah 2/5 x 3600 = 1440
2.    Tanaman Alamanda (Allamanda cathartica L.)
Klasifikasi :
Kingdom         : Plantae
Divisio             : Magnoliophyta
Classis             : Magnoliopsida
Sub Classis      : Asteriidae
Ordo                : Gentiales
Familia            : Apocynaceae
Genus              : Allamanda
Species            : Allamanda cathartica L.
( Sumber : Cronquist.1981)
            Allamanda cathartica L. duduk daun pada batang/cabangnya berkarang, yakni setiap buku batang terdapat lebih dari dua daun. Karena tata letak daunnya berkarang rumus daun Allamanda cathartica L. tidak dapat ditentukan.

3.    Tumbuhan Pandan (Pandanus sp.)
Klasifikasi :
Kingdom         : Plantae
Divisio             : Magnoliophyta
Classis             : Magnoliopsida
Sub Classis      : Arecidae
Ordo                : Pandanales
Familia            : Pandanaceae
Genus              : Pandanus
Species            : Pandanus sp
( Sumber : Cronquist.1981)
            Tata letak daun pada tanaman pandan mengikuti garis-garis ortostik yang telah berubah menjadi garis spiral yang melingkari batang atau dapat dikatakan karena terjadi pertumbuhan batang yang tidak lurus melainkan memutar, akibatnya ortostiknya ikut memutar yang disebut spirostik. Batang tanaman pandan memperlihatkan tiga spirostik oleh sebab itu tanaman pandan tidak dapat ditentukan rumus daunnya.
4.    Tumbuhan Bayam (Amaranthus spinosus L.)
Klasifikasi       :
Kingdom         : Plantae
Divisio             : Magnoliophyta
Classis             : Magnoliopsida
Subclassis        : Caryophyllidae
Ordo                : Caryophyllales
Familia            : Amaranthaceae
Genus              : Amaranthus
Spesies            : Amaranthus spinosus L
(Sumber: Cronquist:1981)
            Daun tumbuhan bayam  tersusun secara berselang-seling. Daun bayam memiliki rumus daun 2/5, sama seperti di atas angka 2 menunjukkan banyaknya putaran dan angka 5 banyaknya daun yang dilalui yang dihitung mulai dari nol. Maka, dari rumus daun tersebut dapat dihitung sudut dirvergensinya adalah 2/5 x 3600 = 1440
5.    Tanaman Pepaya (Carica papaya L.)
Klasifikasi       :
Kingdom         : Plantae
Divisio             : Magnoliophyta
Classis             : Magnoliopsida
Sub classis       : Dilleniidae
Ordo                : Violales
Familia            : Caricaceae
Genus              : Carica
Species            : Carica papaya L.
(Sumber: Cronquist:1981)
            Tanaman Pepaya (Carica papaya L.) tata letak daunnya tersebar dengan rumus daun 3/8, maksud angka 3 (tiga) tersebut adalah untuk mempertemukan daun yang satu dengan yang lain yang terletak dalam satu garis yang sama harus mengelilingi batang sebanyak 3 putaran, dan maksud dari angka 8 (delapan) tersebut adalah pada saat melakukan tiga kali putaran jumlah daun yang dilaluinya adalah berjumlah delapan dan perhitungannya dimulai dari angka nol. Dengan menggunakan rumus daunnya, maka dapat dihitung sudut disvergensi 3/8 x 3600 = 1350.









VI.        KESIMPULAN

  1. Tata letak daun pada tumbuhan tingkat tinggi terbagi menjadi tiga, yaitu: berhadapan-berselang, tersebar, dan berkarang.
  2. Rumus daun daun dapat dilihat dari daun yang sejajar dengan berpatokan pada tercapainya garis tegak lurus dengan daun yang mengelilingi batang a kali, dan jumlah daun yang dilewati selama yang merupakan b. Sehingga rumus daun adalah a/b.
  3. Bagian duduknya daun dapat diproyeksikan sebagai silinder 3 dimensi dana padanya digambar ortostik-ortostiknya demikian pula pada buku-buku batangnya. Ini berpatokan pada rumus daun yang telah baku pada umumnya.
  4. Diagram daun merupakan diagram tata letak daun, yang dipandang sebagai kerucut memanjang, dengan buku-buku batang sebagai lingkaran yang sempurna. Ini berpatokan pada sudut divergensinya maupun rumus daunnya.
  5. Pada beberapa tanaman, misalnya pandan (Pandanus sp.)  letak daun pada batang mengikuti ortostik yang telah berubah menjadi garis spiral, yang diberi nama spirositik.
6.   Pada tanaman seperti Alamanda (Allamanda cathartica L.) susunan daunnya berkarang sehingga tak dapat ditentukan rumus daunnya.










VII.     DAFTAR PUSTAKA


a.    Daftar pustaka buku :

Adrak, Adria R dan Sri Amintarti M.Si. 2008. Penuntun Praktikum Morfologi Tumbuhan. FKIP UNLAM Banjarmasin.

Amintarti, Sri. 2015. Penuntun Praktikum Morfologi Tumbuhan. PMIPA FKIP UNLAM : Banjarmasin

Cronquist, A. 1981. An Integrated System of Flowering Plants. Columbia University: New York.

Dasuki, U. A. 1994. Sistematik Tumbuhan Tinggi. ITB: Bandung.

Tjitrosoepomo, Gembong. 2005. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University: Yogyakarta

b.    Daftar pustaka gambar :

Gambar 1.

Gambar 2.

Gambar 3.

Gambar 4.

Gambar 5.
 http://alamtani.com/budidaya-pepaya.html (Diakses tanggal : 11 Maret 2015)







Tidak ada komentar:

Posting Komentar